Gambar Sampul IPS · BAB IV PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
IPS · BAB IV PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
Sugiharso

24/08/2021 13:36:36

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

51

Berbicara mengenai perkembangan imperialisme dan kolonialisme Barat, pikiran kita

akan tertuju pada kekuasaan bangsa-bangsa Eropa di tanah air. Paling tidak ada dua hal pokok

yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan perkembangan imperialisme dan kolonialisme

Barat. Kedua hal itu adalah, terbentuknya kekuasaan kolonial Eropa, dan perlawanan rakyat

terhadap kekuasaan kolonial

PERKEMBANGAN KOLONIALISME

DAN IMPERIALISME BARAT

PETA KONSEP

Kata Kunci

Perkembangan Kolonial, Perkembangan Imperialisme Barat

PERKEMBANGAN KOLONIALISME

DAN IMPERIALISME EROPA

TERBENTUKNYA

KEKUASAAN KOLONIAL

EROPA

PERLAWANAN RAKYAT

TERHADAP KEKUASAAN

KOLONIAL

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu memiliki kemampuan untuk

menjelaskan terbentuknya kekuasaan kolonial Eropa dan perlawanan rakyat

terhadap kekuasaan kolonial Eropa.

BAB

IV

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

52

A. TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN KOLONIAL EROPA

1. Muncul dan Perkembangan VOC

a.

Terbentuknya VOC

Para siswa, masih ingatkah kalian pada bahasan kita tentang kedatangan bangsa-

bangsa Eropa di Indonesia pada buku kalian di kelas VII bab XIII? Setelah berdatangan ke

Indonesia, mereka kemudian saling bersaing dalam perdagangan. Persaingan perdagangan

yang terjadi antar bangsa Eropa di Indonesia sangat merugikan Belanda. Oleh karena itu,

timbul pemikiran pada orang-orang Belanda agar perusahaan-perusahaan yang bersaing itu

menggabungkan diri dalam satu organisasi. Akhirnya mereka membentuk Vereenigde Oost

Indische Compagnie (VOC) artinya Perserikatan Maskapai Hindia Timur. VOC terbentuk

pada tanggal 20 Maret 1602

Di Indonesia VOC memiliki wewenang dan hak-hak antara

lain sebagai berikut:

†

Hak mendata personil atas dasar sumpah setia.

†

Hak melakukan peperangan.

†

Hak untuk mengadakan perjanjian dengan penguasa-

penguasa diseluruh Asia.

†

Hak membentuk tentara dan mendirikan benteng-

benteng.

†

Hak mengedarkan mata uang.

†

Hak memerintah di negeri jajahan

Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both (1610-1619). Pada mulanya

Ambon di pilih sebagai pusat kegiatan VOC. Pada periode berikutnya Jayakarta dipilih

sebagai pusat kegiatan VOC.

b. Perkembangan VOC

Orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya yang

congkak, kejam, dan ingin menang sendiri. VOC ingin

mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui monopoli

perdagangan. VOC mulai ikut campur dalam berbagai

kon

fl

ik antara penguasa yang satu dengan penguasa yang

lain. Beberapa kerajaan di yang Perubahan sikap VOC itu

telah menimbulkan kekecewaan bagi rakyat dan penguasa

di Indonesia. Perubahan sikap itu terutama sekali terjadi

pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC yang

kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen.

Gambar 4.1:

lambang VOC

Gambar 4.2:

Pieter Both

(1610 - 1619)

Gubernur Jenderal

VOC Pertama

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

53

Untuk dapat menguasai Jayakarta, JP Coen kemudian membangun benteng-benteng di

sekitar loji VOC, sehingga loji semakin besar. Bahkan pada tahun 1619 VOC menyerbu dan

membakar kota Jayakarta. Di atas reruntuhan kota itu kemudian dibangun kota baru yang

dinamakan Batavia.

Dengan dibangunnya benteng-benteng dan loji-loji sebagai pusat kegiatan VOC,

maka jalur-jalur perdagangan di kepulauan Nusantara telah dikendalikan oleh VOC. Untuk

mengendalikan kegiatan monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian timur,

khususnya Maluku, diadakan Pelayaran Hongi

c.

Perluasan Kekuasaan VOC di Indonesia

Untuk semakin memperbesar kekuasaanya di Indonesia, VOC melakukan cara-cara

politik

devide et impera

atau politik adu domba, dan tipu muslihat. Misalnya kalau ada

persengketaan antara kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain, mereka mencoba

membantu salah satu pihak. Dari jasanya itu, mereka mendapatkan imbalan berupa daerah.

Hal ini berlangsung setiap kali sehingga di Indonesia semakin banyak daerah koloni orang-

orang Eropa, terutama Belanda.

Sebagai contoh, kerajaan Mataram di Jawa yang dikenal sebagai kerajaan yang besar

dan kuat pun akhirnya berhasil dikendalikan VOC. Hal ini terutama terjadi setelah dengan

kelicikannya VOC memaksa Paku Buwono II (raja Mataram) yang sedang dalam keadaan

kritis (sakit keras) untuk menandatangani penyerahan kekuasaan Kerajaan Mataram kepada

VOC.

Dengan politik adu dombanya, VOC berhasil menanamkan kekuasaan dan memaksakan

monopolinya di Banten. Untuk melebarkan sayap kolonialisme dan imperialismenya di

Sumatera, VOC berusaha mengalahkan Portugis di Malaka. Akhirnya pada tahun 1641, VOC

berhasil menguasai Malaka. Dari Malaka kekuatan VOC dikonsentrasikan untuk melebarkan

pengaruh kekuasaannya ke Aceh.

Sementara di Indonesia bagian Timur, VOC semakin kuat setelah berhasil mengalahkan

perlawarvan Sultan Hasanudin dari Gowa. Kekuasaan VOC berkembang di Kalimantan

Selatan setelah VOC berhasil memaksakan kontrak dan monopoli dengan Raja Sulaiman

(1787). Di Maluku, dengan taktik mengadu domba para penguasa, yakni VOC membantu

Putra Alam untuk memerangi Sultan Nuku, akhirnya Maluku dapat dikendalikan.

Untuk mempertahankan kegiatan monopoli dan kekuasaan, VOC banyak menggunakan

kekerasan. Misalnya, menindak keras para pedagang Makasar di daerah Misol, bahkan raja

dan kapten laut Misol juga ditawan (1702).

Dari uraian tersebut. menunjukkan , bahwa Belanda dengan VOC-nya telah berhasil

menguasai daerah Indonesia bagian barat, tengah, maupun timur. Dengan politik adu

dombanya, akhirnya VOC berhasil menanamkan kekuasaanya di Indonesia. Beberapa

kerajaan di Indonesia akhirnya dalam cengkeraman kekuasaan penjajah.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

54

2. Pemerintahan Hindia Belanda I

a.

Bubarnya VOC

Kejayaan VOC ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangannya VOC mengalami

masalah yang besar, yakni kebangkrutan. Kebangkrutan VOC ini terutama sekali terjadi

karena para pegawainya banyak yang melakukan korupsi. Waktu itu VOC sudah sangat

merosot, kas kosong, utang menumpuk dan tidak mampu lagi menciptakan pengawasan

dan keamanan atas wilayah Indonesia. Inilah sebabnya maka pada tanggal 31 Desember

1799, VOC dibubarkan. Setelah VOC dibubarkan kekuasaan kolonial di Indonesia diambil

alih Pemerintah Belanda.

b. Terbentuknya Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda

Dengan dibubarkannya VOC, maka mulai terjadi perubahan politik pemerintahan di

Indonesia. Kepulauan Indonesia yang dikuasai VOC, berganti diperintah dan dijajah oleh

pemerintah Belanda. Untuk menjalankan pemerintahan kolonial di Indonesia diangkatlah

seorang gubernur jenderal. Gubernur jenderal ini berkuasa di Indonesia atas nama pemerintah

di negeri Belanda. Dengan diangkatnya Gubernur Jendral di Indonesia terbentuklah

pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia.

1) Pemerintahan Daendels (1808-1811)

Untuk menjalankan pemerintahan di Indonesia diangkatlah gubenur jendral

Daendels. Daendels tiba di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1808. Daendels kemudian

mengadakan banyak tindakan. Salah satu tindakan Daendels yang terkenal adalah dalam

bisang sosial ekonomi. Beberapa tindakan itu antara lain sebagai berikut.

†

Meningkatkan usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak.

†

Meningkatkan penanaman tanaman yang hasilnya laku di ‘pasaran dunia.

†

Rakyat masih diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya.

†

Untuk menambah pemasukan dana, juga telah dilakukan penjualan tanah-tanah

kepada pihak swasta.

†

Membangun jalan Anyer – Panarukan, Jawa Barat

Beberapa tindakan Daendels telah menyebabkan kesengsaraan rakyat. Kesewenang-

wenangan Daendels dan penderitaan rakyat itu telah menimbulkan protes dan

perlawanan rakyat. Tindakan sewenang-wenang Daendels itu segera didengar oleh

pernerintahan di negeri Belanda. Daendels akhirnya dipanggil pulang ke Belanda.

2) Pemerintahan Janssen (1811)

Sebagai pengganti Danedels dikirimlah Jan Willem Janssen. Ia mulai menjabat

Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa tahun 1811. Ia kemudian memperbaiki

keadaan yang ditinggalkan oleh Daendels. Namun Daerah Kepulauan Maluku sudah

berhasil direbut oleh Inggris. Bahkan secara

de facto

daerah kekuasaan Hindia Belanda

di masa Janssen itu tinggal daerah-daerah tertentu, misaInya Jawa, Makasar, dan

Palembang.

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

55

Inggris terus mendesak kekuatan Belanda di Indonesia. Akhirnya Belanda menyerah

di Tuntang, Salatiga. Penyerahah Janssen kepada Inggris secara resmi melalui

Kapitulasi Tuntang yang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811.

3. Indonesia di bawah Kekuasaan Inggris (1811 -1816)

Kapitulasi Tuntang tanggal 18 September 1811 secara resmi telah mengakhiri kekuasaan

Belanda di Indonesia. Kepulauan Indonesia jatuh ke tangah Inggris. Gubernur Jenderal EIC

(East India Company), Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Raf

fl

es sebagai

penguasa di Indonesia, sebagai Letnan Gubernur yang berkedudukan di Batavia.

Setelah diangkat sebagai penguasa di Jawa (Indonesia), maka Raf

fl

es pun segera

mengambil langkah-langkah penting dalam upaya memperkuat kebijaksanaan kolonialisme

yang baru. Tindakan Raffels yang terkenal adalah dalam bidang ekonomi, antara lain sebagai

berikut.

a)

Pelaksanaan sistem sewa tanah atau pajak tanah (land rent) yang akan meletakkan dasar

bagi perkembangan sistem perekonomian uang.

b) Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi.

c)

Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.

d) Penghapusan sistem monopoli.

e) Peletakan desa sebagai unit administrasi penjajahan.

Tahun 1816, Raf

fl

es telah mengakhiri kekuasaannya di Indonesia.

4. Pelaksanaan Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda II

Raf

fl

es digantikan oleh John Fendell. Namun perlu kalian ketahui bahwa pada tahun 1814

telah diadakan Konvensi London. Berdasarkan konvensi itu Inggris harus mengembalikan

daerah kekuasaannya di Indonesia kepada pihak Belanda. John Fendell pun secara resmi pada

tahun 1816 menyerahkan Indonesia kembali kepada Belanda. Dengan demikian Indonesia

kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.

Setelah kembali ke tangan Belanda, Indonesia dipimpin oleh tiga orang Komisaris

Jenderal, yaitu Elout, Van der Capellen dan Buyskas. Sementara itu kondisi perekonomian

Belanda sedang merosot. Pemerintah Belanda mengalami kesulitan ekonomi.

Menghadapi kesulitan kesulitan ekonomi itu, maka pada tahun 1829 seorang tokoh

bemama Johannes Van den Bosh mengajukan kepada raja Belanda usulan-usulan yang

berkaitan dengan cara-cara melaksanakan politik kolonial Belanda di Indonesia. Usul-usul

itu antara lain bagaimana meng hasilkan lebih banyak produk-produk tanaman yang dapat

dijual di pasaran dunia.

Sesuai dengan keadaan di negeri jajahan, maka penanaman dilakukan dengan paksa.

Konsep yang diusulkan Van den Bosh itulah yang kemudian dikenal dengan Cultuurstelsel

(Tanam Paksa). Untuk dapat melaksanakan rencana tersebut pada tahun 1830 Van den Bosh

diangkat sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa. Setelah sampai di Jawa Van den Bosh

segera mencanangkan sistem dan program Tanam Paksa.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

56

a. Tanam Paksa

Sistem Tanam Paksa adalah kebijakan Gubernur Jendral Van den Bosh yang mewajibkan

para petani Jawa untuk menanam tanaman-tanaman yang dapat diekspor ke pasaran dunia.

Jenis tanaman itu antara lain kopi, tebu, tembakau, nila. Ciri utama dari sistem Tanam Paksa

adalah mewajibkan rakyat di Jawa untuk membayar pajak dalam bentuk barang dengan

hasil-hasil pertanian yang mereka tanam.

Untuk mempermudah pelaksanaan sistem tersebut diperlukan ketentuan-ketentuan

yang lebih rinci. Ketentuan-ketentuan Tanam Paksa itu seperti termuat di dalam Staatblat

(Lembaran Negara) Tahun 1834, No. 22. Ketentuan-ketentuan itu sebagai berikut.

†

Berdasarkan persetujuan, penduduk menyediakan sebagian dari tanahya untuk

penanaman tanaman yang hasilnya dapat dijual di pasaran dunia.

†

Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan Tanam Paksa tidak boleh

melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa.

†

Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagangan atau

tanaman ekspor (jenis tanaman untuk Tanam Paksa) tidak boleh melebihi pekerjaan

yang diperlukan untuk menanam padi.

†

Tanah yang disediakan untuk tanaman dagangan dibebaskan dari pernbayaran pajak

tanah.

†

Hasil tanaman dagangan itu wajib diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda.

Jika harga atau nilai hasil tanaman dagangan yang ditaksir melebihi pajak tanah yang

harus difbayarkan oleh rakyat, maka ditaksir kelebihannya akan dikembalikan kepadi

rakyat.

†

Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan rakyat petani, menjadi

tanggungan pemerintah.

†

Penduduk desa bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan Tanam Paksa itu di bawah

pengawasan langsung oleh para penguasa pribumi, sedang pegawai-pegawai Eropa

melakukan pengawasan secara umum.

Menurut ketentuan-ketentuan tersebut di atas, tampaknya tidak terlalu memberatkan

dan menekan rakyat. Bahkan pada prinsipnya rakyat boleh mengajukan keberatan dengan

sistern paksaan tersebut. Ini artinya ketentuan Tanam Paksa itu masih memperhatikan

martabat dan nilai-nilai kemanusiaan.

b. Pelaksanaan Tanam Paksa

Dalam pelaksanaanya ternyata tanam paksa sangat memberatkan rakyat Indonesia.

Menurut ketentuan penjualan tanah petani kepada pemerintah untuk ditanami tanaman

perdagangan/ekspor, berdasarkan persetujuan dan kerelaan dari rakyat. Ternyata seluruh

pelaksanaan sistem Tanam Paksa didasarkan atas unsur paksaan. Para petani harus

menyewakan tanah tanpa kompromi dan bahkan dipilih tanah-tanah yang subur. Luas tanah

yang dipakai untuk Tanam Paksa ternyata tidak hanya seperlima namun mencapai sepertiga

bahkan kadang-kadang sampai separuh dari luas tahah yang dimiliki petani.

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

57

Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman ekspor, menurut

ketentuan tidak melebihi waktu dan pekedaan yang diperlukan untuk menanam padi, tetapi

kenyataannya petani justru dipaksa bekerja lebih konsentrasi pada Tanam Paksa. Akibatnya

sawah dan ladang para petani menjadi terbengkelai.

Tanah-tanah yang dipakai untuk Tanam Paksa ternyata masih dikenai pajak bersama

dengan tanah yang tidak digunakan untuk Tanam Paksa. Menurut ketentuan kalau hasil

tanaman ekspor ditaksir ternyata nilai harganya lebih dari target, maka kelebihan itu akan

dikembalikan kepada petani, ternyata petani tidak pemah menerima kelebihan itu. Hal ini

terjadi, terutama karena kekurangan dari pegawai pemerintah, atau bupati dan kepala desa

yang menaksir hasil tanaman itu jauh lebih rendah dari target Tanam Paksa, padahal menurut

taksiran-urnum mestinya dapat lebih. Dalam hal

ini yang mendapat keuntungan bukan petani

tetapi para petugas atau pegawai. Kemudian

kerusakan tanaman dan kegagalan panen ternyata

dibebankan kepada rakyat.

Karena pelaksanaan yang sangat memberatkan

ranyat Indonesia, timbulah bahaya kelaparan dan

kematian di berbagai daerah, misalnya di Cirebon

(1843 - 1844), Demak tahun 1849 dan Grobogan

pada tahun 1850.

Bagi Belanda, pelaksanaan Tanam Paksa

telah mendatangkat keuntungan yang berlipat ganda. Dari tahun 1831 hingga tahun 1877

perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 juta gulden, utang-utang lama VOC

dapat dilunasi, kubu-kubu pertahanan, terusan-terusan dan jalan-jalan kereta api negara

dibangun.

Dengan demikian pelaksanaan Tanam Paksa, secara umum telah berakibat buruk bagi

rakyat Indonesia. Sedangkam keuntungannya, antara lain dikenalnya jenis tanaman baru

seperti kopi dan indigo, adanya saluran-saluran irigasi, para petani mendapat pengetahuan

baru, dapat memanfaatkan fasilitas yang dibangun di kelak kemudian hari.

B. PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP KEKUASAAN

KOLONIAL

1. Perlawanan Berbagai Daerah terhadap Kekuasaan Portugis dan Kekuasaan

VOC

Tindakan sewenang-wenang dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa kolonial

Eropa telah menimbulkan kesengsaraan dan kepedihan, bangsa Indonesia. Menghadapi

tindakan sewenang-wenang dan penindasan itu menjadikan rakyat Indonesia memberikan

perlawanan yang sangat gigih. Perlawanan mula-mula ditujukan kepada kekuasaan Portugis

dan VOC.

Gambar 4.3:

Ilustrasi

Pengangkutan Hasil

Panen

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

58

a.

Perlawanan terhadap Portugis

Perlu kalian ketahui, sebelum VOC berkuasa, Portugis telah menanamkan kekuasaan di

kawasan Malaka dan Maluku. Kalian tentu masih ingat, bahwa pada tahun 1511 Portugis di

bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerqee berhasil menguasai Malaka. Dari Malaka Portugis

kemudian meluaskan pengaruh dan perdagangannya ke berbagai wilayah di Indonesia.

Mula-mula Alfonso d’Albuquerqee mengirim pasukannya ke Aceh kemudian ke Maluku.

Pada tahun 1522 Portugis mendirikan benteng pertahanan Saint John di Ternate. Dengan

kedudukan yang semakin kuat ini, Portugis kemudian menguasai (memonopoli) kegiatan

perdagangan rempah-rempah di Maluku. Dominasi perdagangan Portugis di kawasan

Malaka dan Maluku ini sangat merugikan rakyat Indonesia. Akibat perlakuan bangsa Portugis

yang merugikan ini, bangsa Indonesia kemudian mengadakan perlawanan. Perlawanan

ini juga dilatarbelakangi oleh semangat bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah Eropa.

Perlawanan terhadap bangsa Portugis, misalnya, perlawanan Ternate, perlawanan Demak,

dan Perlawanan Aceh.

1) Perlawanan Kesultanan Ternate

Perlawanan Ternate didorong oleh tindakan bangsa Portugis yang sewenang-wenang

dan merugikan rakyat. Perlawanan Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun dari Ternate.

Seluruh rakyat dari Irian sampai ke Jawa diserukan untuk melakukan perlawanan.

Sayang sekali Sultan Hairun ditipu muslihat oleh Portugis dan meninggal pada tahun

1570. Tetapi kecongkakan Portugis akhirnya menuai balasan dengan keberhasilan Sultan

Baabullah dalam mengusir Portugis dari bumi Maluku tahun 1575. Selanjutnya Portugis

menyingkir ke daerah Timor Timur (Timor Loro Sae).

2) Perlawanan Kesultanan Demak

Akibat dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan kegiatan

perdagangan orang-orang Islam. Oleh karena itu, Sultan Demak R. Patah mengirim

pasukannya di bawah Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Pati Unus

melancarkan serangannya pada tabun 1512 dan 1513. Serangan ini belum berhasil.

Kemudian pada tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap

Portugis yang mulai menanamkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan

Fatahillah tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Nama Sunda

Kelapa kernudian diubah menjadi Jayakarta.

3) Perlawanan Kesultanan Aceh

Sebagaimana telah disebutkan, setelah menguasai Malaka, Portugis kemudian

mengirimkan pasukannya untuk menundukkan Aceh. Usaha ini pun mengalami

kegagalan. Serangan Portugis ke Aceh menunjukkan bahwa kekuasaan Portugis di Malaka

telah mengancam dan merugikan Aceh. Apalagi kegiatan monopoli perdagangannya

yang sangat menyulitkan rakyat Aceh. Untuk mengusir Portugis dari Malaka Aceh

kemudian menyerang kedudukan Portugis di Malaka.

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

59

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639) armada kekuatan Aceh

telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu Aceh telah

memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah

Kerajaan Aceh telah sampai di Asumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629

Aceh mencoba menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum

berhasil mendapat kemenangan. Namun demikian Aceh masih tetap berdiri sebagai

kerajaan yang merdeka.

b. Perlawanan terhadap VOC

Sebagaimana telah diuraikan, setelah bangsa Portugis menguasai beberapa wilayah

Nusantara, berdatanganlah kemudian bangsa Belanda. Mereka kemudian saling bersaing

dalam perdagangan. Untuk menghindari kerugian dari persaingan itu pada pada tanggal 20

Maret 1602 orang-orang Belanda kemudian membentuk Vereenigde Oost Indische Compagnic

(VOC). Dalam perkembangannya VOC berhasil menanamkan kekuasaannya di Indonesia.

Keberadaan dan kebijakan VOC ternyata sangat merugikan rakyat Indonesia. Oleh

karena itu rakyat Indonesia kemudian mengadakan perlawanan terhadap VOC. Adapun

perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekuasaan VOC antara lain adalah sebagai berikut.

1) Perlawanan Kesultanan Mataram

Pada awalnya Mataram dengan Belanda menjalin hubungan baik. Belanda diijinkan

mendirikan benteng (loji) untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua

meriam terbaik untuk kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan

antara Mataram-Belanda. Pada tanggal 8 November 1618 Gubernur Jendral VOC Jan

Pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Peristiwa tersebut

yang memperuncing perselisihan antara Mataram dengan Belanda.

Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap

kedudukan VOC di Batavia. Serangan

pertama

dilakukan pada tahun 1628. Pasukan

Mataram yang dipimpin

Tumenggung Baurekso

tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628.

pasukan ini kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang dibantu

dua bersaudara yakni Kiai Dipati Mandurojo dan Upa Santa. Serangan pertama gagal.

Tidak kurang 1000 prajurit Mataram gugur dalam perlawanan tersebut.

Mataram segera mempersiapkan serangan kedua Kali ini pasukan Mataram

dipimpin Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purbaya. Serangan dimulai tanggal

1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Serangan kedua inipun gagal. Selain karena

faktor kelemahan pada serangan pertama, lumbung padi persediaan makanan banyak

dihancurkan Belanda. Di samping Sultan Agung, perlawanan terhadap kekuasaan VOC

juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.

Serangan pertama ini gagal dikarenakan :

- Mataram kurang teliti memperhitungkan medan pertempuran

- Kekurangan perbekalan

- Kalah persenjataan

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

60

2) Perlawanan Keultanan Gowa

Dalam lalu lintas perdagangan Gowa menjadi bandar antara jalur perdagangan

Malaka dan Maluku. Sebelum rempah-rempah dari Maluku dibawa sampai ke Malaka,

maka singgah dahulu di Gowa, begitu juga sebaliknya.

Melihat kedudukan Gowa yang begitu penting, maka VOC ingin sekali menguasai

bandar di Gowa. Usaha yang dilakukan antara lain: tahun 1634, VOC melakukan blokade

terhadap Pelabuhan Sombaopu. Di samping itu kapal-kapal VOC juga diperintahkan

untuk merusak dan menangkap kapal-kapal priburni maupun kapal-kapal asing.

Menghadapi. perkembangan yang semakin genting itu, maka raja Gowa, Sultan

Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan untuk menghadapi

VOC. Beberapa kerajaan sekutu Gowa juga disiapkan. Benteng-benteng dibangun di

sepanjang pantai kerajaan. Sementara itu VOC dalam rangka menerapkan politik adu

domba, telah menjalin hubungan dengan seorang pangeran Bugis, dari Bone bernama

La Tenritatta to’Unru yang lebih terkenal dengan nama Arung Palaka.

Meletuslah perang antara VOC dengan Gowa pada 7 Juli 1667. Tentara VOC

dipimpin Spelman yang diperkuat pengikut Arung Palaka menggempur Gowa. Karena

kalah persenjataan, Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh

pasukan Arung Palaka. Perselisihan ini diakhiri dengan ditandatanganinya perjanjian

Bongaya yang isinya sebagai berikut.

a) Gowa harus mengakui hak monopoli.

b) Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah kekuasaan

Gowa.

c)

Gowa harus membayar biaya perang.

d) Di Makasar dibangun benteng-benteng VOC

Pada mulanya perjanjian Bongaya itu tidak ingin dilaksanakan. Bahkan Hasanuddin

mengobarkan perlawanan kembali pada bulan April 1668. Namun perlawanan ini pun

dapat dipadamkan, sehingga terpaksa isi peanjian Bongaya dilaksanakan. Benteng

pertahanan Gowa diserahkan kepada VOC dan oleh Spelman kcmudian diberi nama

Benteng Rotterdam.

2. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda

Sebagaimana telah diuraikan, setelah VOC, Indonesia kemudian berada di bawah

kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan pemerintah Hindia Belanda pun sangat

merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia

kemudian mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

a.

Perlawanan Rakyat Maluku (1817)

Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, monopoli di Maluku terus dijalankan.

Beban rakyat semakin berat. Selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban

kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Mereka yang melanggar ditindak

tegas. Tindakan pemerintah Hindia Belanda tersebut semakin menimbulkan penderitaan

dan kesengsaraan terhadap rakyat.

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

61

Perlawanan rakyat Maluku tahun 1817, dipimpin oleh Thomas Matulesi. Ia dijuluki

Pattimura. Tokoh-tokoh dalam pelawanan ini antara lain;: Christina Martha Tiahahu, Anthon

Rhebok, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.

Kapitan Patimura segera memimpin rakyat untuk menyerbu benteng Duurstede. Tanggal

15 Mei 1817 perlawanan rakyat Maluku dikobarkan. Pada awalnya pasukan Belanda dapat

dihancurkan oleh para pejuang Maluku. Kemenangan rakyat Maluku semakin menggelorakan

masyarakat di berbagai daerah untuk terus berjuang mengusir Belanda, seperti di Seram,

Arnbon, Hitu, Haruku, dan Larike.

Namun sayang, setelah Belanda mengirim bantuan lebih besar dengan disertai kapal-

kapal sewaan dari Inggris dan persenjataan yang lebih lengkap, perlawanan ini akhirnya

dapat dipatahkan.

b. Perlawanan Kaum Paderi (1821-1837)

Perlawanan terhadap kekuasaan Hindia Belanda juga terjadi di daerah lain. Perang

melawan kekuasaan kolonialisme Belanda di Sumatra Barat, dikenal dengan Perang Paderi,

yakni perlawanan kaum Paderi melawan Belanda. Perlawanan kaum Paderi dapat dibagi

menjadi tiga tahap.

1) Perang Tahap Pertama (1821-1825)

Pada tahap pertama, kaum Paderi menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap

patroli-patroli Belanda. Pasukan Paderi menggunakan senjata-senjata tradisional,

seperti tombak, dan parang. Sedangkan Belanda menggunakan senjata-senjata lebih

lengkap dan modern seperti meriam dan senjata api lainnya. Tokoh pemimpin perang

paderi antara lain Tuanku Pasaman memusatkan gerakannya di Lintau, Tuanku Nan

Renceh di sekitar Baso, Peto Syarif yang terkenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol

memusatkan perlawanan di Bonjol

Dari sekian banyak perlawanan kaum Paderi, yang paling terkenal adalah

perlawanan kaum Paderi di Agam. Perlawanan yang muncul tahun 1823 dipimpin

Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku

nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil mendesak benteng-benteng Belanda.

Karena di Jawa Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830),

Belanda akhirnya melakukan perdamaian di Bonjol tanggal 15 Nopember 1825.

2) Perang Tahap kedua (1825-1837)

Setelah dapat menundukkan perlawanan Diponegoro, Belanda kembali melakukan

penyerangan terhadap kedudukan Padri. Dalam perlawanan ini Aceh datang untuk

mendukung pejuang Padri.

Untuk menghadapi perlawanan kaum Paderi, Belanda menerapkan sistem

pertahanan

Benteng Stelsel.

Benteng

Fort de Kock

di Bukittinggi dan Benteng

Fort van

der Cappelen

merupakan dua benteng pertahanan. Dengan siasat ini akhirnya Belanda

menang. Hal ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun

1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian

ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

62

3) Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825 - 1830)

Munculnya perlawanan Diponegoro secara garis besar dapat dikelompokkan dalam

sebab umum dan sebab khusus.

Adapun sebab-sebab umum terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai

berikut:

a) Wilayah Kesultanan Mataram semakin sempit dan para raja sebagai penguasa

pribumi mulai kehilangan kedaulatan.

b) Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal

pergantian raja dan pengangkatan patih.

c) Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat

yang tidak sesuai dengan Islam.

d) Sebagian bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat

istiadat kraton.

e) Sebagian bangsawan kecewa terhadap Belanda karena telah menghapus sistem

penyewaan tanah oleh para, bangsawan kepada petani (mulai tahun 1824).

f)

Kehidupan rakyat yang semakin menderita di samping harus kerja paksa masih

harus ditambah beban membayar berbagai macam pajak.

Adapun Peristiwa yang menjadi sebab khusus berkobamya perang Diponegoro

adalah pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah

dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pemasangan patok itu tanpa

izin, sehingga sangat ditentang oleh Pangeran Diponegoro.

Menghadapi kenyataan yang menyakitkan itu pangeran Diponegoro kemudian

mengobarkan perlawanan terhadap jkekuasaan Belanda. Mula-mula perlawanan terjadi

di Tegalrejo. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Pangeran Diponegoro dan

Gambar 4.4

: Tuanku Imam Bonjol

Sumber:

http://www.foto-foto.com/apahlawan1/bonjol_1.jpg

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

63

pasukannya menyingkir ke Bukit Selarong. Diponegoro membangun benteng pertahanan

Gua Selarong.

Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (paman Pangeran

Diponegoro), Ali Basyah Sentot Prawirodirjo sebagai panglima muda dan Kyai Mojo

bersama murid-muridnya. Nyi Ageng Serang yang Sudah berusia 73 tahun bersama

cucunya RM. Papak bergabung dengan pasukan Diponegoro. Nyi Ageng Seang sejak

muda sudah sangat anti pada Belanda dan pernah membantu ayahnya (Panembahan

Serang) untuk melawan Belanda.

Pada tahun-tahun pertama,

dengan semangat perang Sabil

(perang membela kebenaran dan

keadilan, yang apabila gugur di

medan perang akan mendapatkan

hadih surga), perlawanan telah

meluas ke berbagai daerah, yaitu

Yogyakarta dan Surakarta serta

Banyumas, Kedu, Pekalongan,

Semarang dan Rembang, sampai ke

Jawa Timur. Perang yang dikobarkan

oleh Pangeran Diponegoro telah

mampu menggerakkan kekuatan di

seluruh Jawa. Oleh karena itu perang

Diponegoro sering dikenal sebagai

Perang Jawa. Kekuatan rakyat,

bangsawan dan para ulama bergerak

untuk melawan kekejaman Belanda.

Gerak pasukan pos pertahanan Diponegoro berpindah dari tempat yang satu ke

tempat yang lain. Menghadapi perlawanan Diponegoro yang kuat dan menyulitkan

ini, kemudian Belanda segera mendatangkan bala bantuan dan terutama pasukan dari

Sumatra Barat. Untuk menghadapi perlawanan Diponegoro, itu Belanda menerapkan

sistem Benteng Stelsel (setiap daerah yang sudah berhasil diduduki Belanda, dibangun

benteng pertahanan, dan antar benteng pertahanan ada jalan/jalur penghubungnya).

Dari benteng yang satu ke benteng yang lain ditempatkan atau dihubungkan dengan

pasukan gerak cepat. Hal dimaksud untuk memutus jaringan kerja sama pasukan

Diponegoro. Tujuan dari strategi benteng stelsel untuk mempersempit ruang gerak

pasukan Diponegoro dan memberikan tekanan agar pasukan Diponegoro segera

menyerah.

Dengan strategi benteng stelsel sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat

diatasi. Dalam tahun 1827 perlawanan Diponegoro di beberapa tempat berhasil dipukul

mundur oleh pasukan Belanda. Para pernimpin pasukan Diponegoro banyak yang

ditangkap. Tetapi perlawanan rakyat masih terjadi di beberapa tempat.

Info Sejarah

Semangat perlawanan Pangeran

Diponegoro menjadi semangat perang

sabil yang didukung oleh banyak unsur

di Jawa. Perlawanan ini dikenal dalam

catatan Belanda sebagai Perang

Jawa. Merupakan perang terbesar bagi

Belanda sehingga menguras keuangan

yang luar biasa jumlahnya. Korban dari

pihak rakyatpun sangat besar, menurut

catatan MC Ricklefs dalam buku Sejarah

Indonesia Modern (Sejarawan Australia)

hampir setengah penduduk Yogyakarta

habis karena perlawanan ini

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

64

Untuk mempercepat selesainya perlawanan Diponegoro, maka Belanda

mengumumkan pemberian hadiah 20.000 ringgit kepada siapa yang dapat menyerahkan

Pangeran Diponegoro, hidup atau mati. Namun tidak ada tanggapan dari rakyat.

Belanda kemudian menempuh cara lain. Akhirnya Belanda mengeluarkan jurus liciknya.

Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang untuk diajak berunding. Semula Pangeran

Diponegoro menolak, namun karena ada jaminan kalau perundingan gagal, beliau

boleh pergi dengan aman, maka beliau menyanggupi perundingan tersebut. Ternyata

Pangeran Diponegoro dikhianati. Sewaktu berunding, maka atas perintah Jenderal De

Kock, Pangeran Diponegoro ditangkap, dibuang di Manado dan selanjutnya dipindahkan

ke Ujungpandang sampai meninggalnya pada tanggal 8 Januari 1855.

Di samping perlawanan Diponegoro, di beberapa tempat lain juga terjadi perlawanan

yang sangat gigih terhadap kekuasan Belanda. Perlawanan-perlawanan itu antara lain

perlawanan rakyat Bali, Perlawanan di Kalimantan Selatan, perlawanan rakyat Aceh,

Perlawanan rakyat di Tanah Batak, dan masih banyak perlawanan yang lain.

Gambar 4.5

: Ilustrasi Perang Diponegoro

Tugas

Carilah sumber-sumber di perpustakaan, kemudian identi

fi

kasilah beberapa perlawanan

yang dilakukan oleh para pahlawan dalam menentang dominasi asing di sekitar tempat

tinggalmu. Tulislah secara singkat latar belakang, proses, dan akhir perlawanan

tersebut. Sebutkan beberapa tokoh yang terlibat di dalamnya, Identi

fi

kasilah nilai-nilai

kepahlawanan yang dapat dipetik sebagai pelajaran dari perlawanan tersebut.

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

65

Rangkuman

Setelah Setelah berdatangan ke Indonesia, bangsa Eropa saling bersaing dalam

perdagangan. Persaingan ini sangat merugikan Belanda. Oleh karena itu, Belanda

kemudian membentuk VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Di Indonesia VOC memiliki

wewenang dan hak-hak yang sangat besar. Gubemur jenderal VOC yang pertama

adalah Pieter Both. Pada mulanya Ambon di pilih sebagai pusat kegiatan VOC. Pada

periode berikutnya Jayakarta dipilih sebagai pusat kegiatan VOC. Gubernur Jenderal

VOC yang kedua adalahJan Pieterzoon Coen. Pada tahun 1619 VOC menyerbu dan

membakar kota Jayakarta. Di atas reruntuhan kota itu kemudian dibangun kota baru

yang dinamakan Batavia. Untuk mengendalikan kegiatan monopoli perdagangan

rempah-rempah di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, diadakan Pelayaran

Hongi.

Kejayaan VOC ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangannya VOC

mengalami masalah yang besar, yakni kebangkrutan. Akhirnya pada tanggal 31

Desember 1799, VOC dibubarkan. Setelah VOC dibubarkan kekuasaan kolonial di

Indonesia diambil alih Pemerintah Belanda. Untuk menjalankan pemerintahan di

Indonesia diangkatgubenur jendral Daendels. Salah satu tindakan Daendels yang

terkenal adalah dalam bidang sosial ekonomi. Beberapa tindakan Daendels telah

menyebabkan kesengsaraan rakyat. Daendels akhirnya dipanggil pulang ke Belanda.

Sebagai pengganti Danedels dikirimlah Jan Willem Janssen. Ia mulai menjabat

Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa tahun 1811.

Kapitulasi Tuntang tanggal 18 September 1811 secara resmi telah mengakhiri

kekuasaan Belanda di Indonesia. Kepulauan Indonesia jatuh ke tangah Inggris. Raf

fl

es

diangkat sebagai Letnan Gubernur yang berkedudukan di Batavia. Tindakan Raffels

yang terkenal adalah dalam bidang ekonomi. Tahun 1816, Raf

fl

es telah mengakhiri

kekuasaannya di Indonesia. Pada tahun 1816 secara resmi Inggris menyerahkan

Indonesia kembali kepada Belanda. Dengan demikian Indonesia kembali berada di

bawah kekuasaan Belanda.

Setelah kembali ke tangan Belanda, Indonesia dipimpin oleh tiga orang Komisaris

Jenderal, yaitu Elout, Van der Capellen dan Buyskas. waktu itu kondisi perekonomian

Belanda sedang merosot. Menghadapi kesulitan kesulitan ekonomi itu, pada tahun

1829 Johannes Van den Bosh mengajukan Konsep Cultuurstelsel (Tanam Paksa).

Untuk dapat melaksanakan rencana tersebut pada tahun 1830 Van den Bosh diangkat

sebagai Gubernur Jenderal baru di Jawa. Dalam pelaksanaanya ternyata tanam paksa

sangat memberatkan rakyat Indonesia. Timbulah bahaya kelaparan dan kematian

di berbagai daerah. Bagi Belanda, pelaksanaan Tanam Paksa telah mendatangkat

keuntungan yang berlipat ganda.

Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Kekuasaan Kolonial terutama

dilatarbelakangi kesengsaraan dan kepedihan bangsa Indonesia akibat tindakan

sewenang-wenang bangsa penjajah, di samping juga semangat untuk mengusir bangsa

Asing dawi kawasan Nusantara. Tindakan sewenang-wenang dan kesengsaraan

rakyat telah mendorong terjadinya perlawanan rakyat di berbagai wilayah di Indonesia.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

66

Perlawanan ini mula-mula terhadap kekuasaan Portugis, seperti, Perlawanan

Ternate, Perlawanan Demak, dan Perlawanan Aceh; Perlawanan terhadap VOC

seperti Perlawanan Mataram, dan Perlawanan Gowa; Perlawanan terhadap Belanda

seperti : Perlawanan Rakyat Maluku, Perlawanan Kaum Paderi, dan Perlawanan

Diponegoro.

A. Pilihlah jawaban a,b, c dan d yang paling tepat

1. Perkembangan imperialisme dan kolonialisme Barat memiliki hal-hal pokok, yang menarik

untuk dikaji kecuali , ....

a. perkembangan pemerintah

b. perlawanan rakyat

c. perkembangan agama Nasrani

d. kemajuan teknologi

2. Pada abad ke-7 ditemukan orang yang telah memeluk agama Katholik di Barus dan ,,,,

a. Sibolga

b. Kalimantan

c. Jawa

d. Sumatera Selatan

3. Motif yang melatarbelakangi proses penyebaran agama Kristen yang di bawa oleh bangsa

Portugis dan Spanyol adalah .........

a. agama dan ekonomi

b. budaya dan sosial

c. agama dan budaya

d. sosial dan ekonomi

4. Perkembangan agama Katholik semakin pesat perkembangannya setelah disebarkan

oleh seorang rohaniawan Spanyol yang bernama .........

a. Jacob Groof

b. Francisacus Xaverius

c. Deandless

d. Raf

fl

es

5. Di bawah ini adalah perlawanan-perlawanan rakyat Indonesia terhadap Portugis, kecuali

....

a. Perlawanan Ternate

b. Perlawanan Demak

c. Perlawanan Diponegoro

d. Perlawanan Aceh

Latihan

Bab IV Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat

67

6. Sebab–sebab serangan pertama pasukan Mataram dibawah pimpinan Tumenggung

Baurekso mengalami kegagalan karena ..... kecuali

a. Mataram kurang teliti memperhitungkan medan pertempuran

b. kekurangan perbekalan

c. kalah strategi peperangan

d. kalah persenjataan

7. Karena mengalami dua kali kegegalan dalam melakukan perlawanan terhadap Portugis,

akhirnya kerajaan mataram terpecah ,menjadi 3 yaitu .... kecuali

a. Kasunan Surakarta

b. Kasultanan Yogyakarta

c. Mangkunegara

d. Kerajaan Mataram Lama

8. Isi dari perjanjian Bongaya adalah ..... kecuali

a. Semua orang Barat kecuali Portugis harus meninggalkan wilayah kekuasaan

Gowa

b. Semua orang barat kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah kekuasaan

Gowa

c. Gowa harus mengakui hak monopoli

d. Gowa harus membayar biaya perang

9. Perlawanan kaum paderi yang paling terkenal adalah perlawanan kaum paderi di Agam

yang dipimpin olah ....

a. Tuanku Pasaman

b. Tuanku Imam Bonjol

c. Tuanku Nan Renceh

d. Tuanku Tambusai

10. Sebab-sebab khusus berkobarnya perang Diponegoro adalah

a. Wilayah mataram semakin sempit dan para raja sebagai penguasa pribumi mulai

kehilangan kadaulatan

b. Timbulnya kekecewaan dikalangan para ulama karena masuknya budaya barat yang

tidak sesuai dengan Islam

c. Kehidupan rakyat yang semakin menderita disamping harus kerja paksa masih harus

ditambah beban membayar berbagai macam pajak

d. Pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintas tanah

dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo karena tanpa ijin.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VIII

68

B. Jawablah dengan singkat !

1. Sebutkan alasan mengapa rakyat memberikan perlawanan kepada kekuasaan Portugis

dan VOC?

2. Sebut 4 tokoh dalam perlawanan Rakyat Maluku melawan kekuasaan Hindia Belanda?

3. Sebutkan sebab – sebab Perlawanan rakyat Mataram yang ke dua mengalami

kegagalan?

4. Sebutkan sebab- sebab perlawanan Kaum Paderi pada tahap pertama mengalami

kegagalan ?

5. Sebutkan isi Perjanjian Bongaya ?

C. Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban singkat dan jelas

1. Wilayah di kepulauan Indonesia yang pertama kali mendapatkan pengaruh agama Nasrani

adalah .......... dan ..............

2. Perlawanan rakyat ternate dipimpin oleh ...........................

3. Raden Patah mengirim pasukannya dibawah pimpinan Pati unus untuk menyerah Portugis

di Malaka pada tahuin .............. sampai ...............

4. Perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis di Malaka di pimpin oleh ...........

5. Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan Vander Marct untuk

menyerang Jepara pada tanggal ......................................

Refleksi

Renungkan kenapa rakyat Indonesia memberikan perlawanan terhadap kekuasaan

bangsa asing di Indonesia. Bagaimana menurut pendapat kalian? Benarkan tindakan

mereka? Nilai-nilai apakah yang dapat kalian ambil dari peristiwa tersebut?